Monday, May 27, 2013

Sumatera Eclair di Starbucks





Kembali menulis review makanan lagi di blog ini. Seperti kebanyakan orang yang menulis blog, seringkali blog-nya terbengkalai. Walaupun saya tahu persis persentasi yang menulis blog secara rutin sangat jauh lebih banyak. Jadi, kesalahan dalam menelantarkan blog pribadi memang murni menjadi kesalahan saya pribadi :) Alasannya karena awal tahun ini saya sedang fokus menulis naskah fiksi yang rencananya ingin saya ikutkan dalam sebuah kompetisi menulis fiksi dari sebuah publisher. 


Tapi, lagi-lagi itu bukan alasan juga sih untuk membuat blog sendiri terbengkalai. However, saya belum menjadi food blogger yang sesungguhnya di sini. Foto-foto yang ada pun mostly my amatir food photography yang sangat rustiq sekali, banyak noise dan blur di sana-sini dengan kualitas yang memang masih low sekali :) Tapi, karena saya suka menulis tentang makanan, jadi inilah food blog saya yang apa adanya :D 


 



Ok, stop curhat. 
Sumatera Eclair ala Starbuck. Kali ini saya mau review singkat tentang miss Eclair ini.Kalau dari teksturnya, saya sependapat dengan salah satu teman saya kalau jenis Sumatera Eclair yang ada di Starbucks ini lebih condong ke aslinya, yakni French Eclair/Parisian Eclair, bukan yang lokal kita biasa santap semasa kecil.

Perbedaan utama jelas di choux base nya atau kulit sus nya. Kalau Sumatera Eclair ini lebih crunchy tidak selembut eclair adaptasi di Indonesia. Kalau saya sih suka, meskipun saya berharap toping caramel di atasnya tidak setebal dan semanis yang saya santap.










 Filling dalam dari eclair ini adalah sejenis chocolate coffee cream yang saat saya santap tidak sepekat seperti yang saya duga. Kalau boleh berharap, maunya sih filling chocolate coffee creamnya yang agak pahit saja, supaya bisa meredakan rasa manis berlebih dari caramel toppingnya. Karena rasa manis yang sedikit kuat dari caramel topingnya jadi bikin saya menyingkirkan sebagian caramel toppingnya saat menghabiskan Sumatera Eclair ini. 

Selebihnya, Sumatera Eclair ini untuk saya cukup eatable dan masih membuat saya ingin membelinya lagi (tetap dengan menyingkirkan caramel toppingnya sebagian, jika pada saat menyantapnya lagi masih semanis saat pertama menyantap Sumatera Eclair ini)




Oh ya, pemilihan nama dengan menambahkan Sumatera (sepertinya mengacu ke pemakaian biji kopi asal Sumatera untuk campuran di filling eclair ini, cmiiw) membuat saya angkat topi untuk Starbucks Indonesia :) Jika diperbaiki sedikit beberapa elemen dalam Sumatera Eclair ini, saya rasa Sumatera Eclair ini bisa dilirik para chef du patissier  karena pemakaian biji kopi lokal Indonesia, sekaligus bisa mengangkat biji kopi Indonesia. 

Inspirasi dalam dunia Pastry memang umum terjadi, seperti di bidang lainnya seperti desain contohnya. Untuk di Pastry, contohnnya saja Matcha Eclair yang di up -salah satunya- oleh Sadaharu Aoki yang memiliki Patisserie di Paris dan Jepang. Bahan baku khas Jepang seperti Matcha dan Yuzu (sejenis citrus fruit) lalu jadi tren baru di Paris saat Aoki dulu begitu gencar memakai bahan baku tersebut dalam produk pastrynya, sehingga banyak Chef du Patissier lainnya yang akhirnya juga ikut menggunakan bahan baku tersebut. 
 





All photos by myfreshlybaked.blogspot.com